Kelas : 2PA11
Npm : 18511323
1. Konsep Sehat
Konsep sehat dan kesehatan merupakan
dua hal yang hampir sama tapi berbeda. Konsep sehat
menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk
dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.Sementara
menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu
diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu
penyakit dan kelainan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun
mengembangkan definisi tentang sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957,
konsep sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh
yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang
dimiliki. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan
sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional
Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah
dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri
dengan mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.
Konsep sehat
berdasarkan beberapa dimensi yaitu sebagai berikut :
Dimensi Emosi yaitu Diartikan sebagai kemampuan
untuk mengenali emosi, seperti takut, kenikmatan, kedukaan dan kemarahan dan
untuk mengekspresikan emosi-emosi itu secara tepat. Kesehatan emosional atau
afektif.
Dimensi Intelekual yaitu Dikatakan sehat
secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang
baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah
atau mengambil keputusan.
Dimensi Sosial yaitu kemampuan untuk membuat dan
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
Dimensi Fisik yaitu Dikatakan sehat bila secara
fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak
kekurangan sesuatu apapun
Dimensi Mental yaitu kemampuan berfikir dengan
jernih dan koheren. Istilah ini dibedakan dari kesehatan emosional dan sosial,
meskipun ada hubungan yang erat di antara ketiganya.
Dimensi Spiritual yaitu kemampuan seseorang untuk
segala hal yang berkaitan dengan Agama / kepercayaan, bagaimana dia menjalankan
perintah dan menjauhi larangannya. orang yang sehat secara spiritual
adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka. Secara
rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak
hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional.
2. Sejarah Perkembangan Kesehatan
Mental
Ini merupakan suatu pembahasan yang sangat luas, karena
perkembangan kesehatan mental ini terjadi di seluruh dunia. Oleh karena itu
saya akan membahasnya secara singkat. Sejarah Kesehatan Mental merupakan suatu
cerminan pemahaman masyarakat tentang gangguan mental dan tindakan yang
diberikan. Ada beberapa pandangan mesyarakat terhadap gangguan mental di dunia
barat :
- akibat kekuatan supranatural
- dirasuki oleh roh/setan
- dianggap kriminal karena memiliki derajat kebinatangan yang besar
- dianggap memilaiki cara berpikir irrasional.
- Dianggap sakit
- Merupaka reaksi terhadap tekanan/stress maladaptif
- Melarikan diri dari tanggung jawab
Zaman Prasejarah
Seperti
apakah penyakit mental yang dialami pada zaman purba? Ada suatu spekulasi bahwa
beberapa gejala penyakit mental saat ini sama dan sangat mirip dengan yang ada
pada saat itu. Pada zamannya, manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan
baik mental maupun fisik seperti infeksi arthritis, penyakit pernapasan dan
usus. Tetapi penyakit mental pada saat itu benar benar ditangani cara pandang
mereka adalah merawatnya sama seperti penyakit fisik, karena berfikir
bahwa mental dan fisik disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat,
halilintar atau mantera-mantera musuh. Jadi tindakan perawatan yang diberikan
untuk penyakit baik mental maupun fisik adalah seperti menggosok, menjilat,
menghisap, memotong dan membalut..
Peradaban-peradaban Awal
Dalam
peradaban yang dikenal di Mesir, Mesopotamia , India, Cina dan lainnya
sepanjang zaman kuno (dari 5000 SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai
menjadi hal umum. Di Mesopotamia, penyakit mental dihubungkan dengan roh atau
setan dan perawatannya dilakukan dengan upacara-upacara agama dan magis agar
setan keluar dari tubuh si pasien. Sedangkan di Mesir, ilmu kedokteran agak
lebih maju dan rasional. Contohnya seperti yang otak digambarkan untuk pertama
kalinya dan diketahui juga peranannya dalam proses mental,dan disana juga
dikembangkan terapi untuk pasien berupa rekreasi dan pekerjaan,serta diterapkan
juga psikoterapi untuk mengobati penyakit mental. Sedangkan di Yahudi, penyakit
mental diartikan sebagai suatu hukuman dari Tuhan dan hanya diobati dengan
bertaubat.
Abad Pertengahan ( Abad Gelap)
Pada
abad pertengahan, gangguan mental tidak dianggap sebagai penyakit. Banyak
kebiasaan yang telah dilakukan dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak
dilanjutkan, dan hal yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan
malah dihidupkan kembali. Exorcisme pada abad ini digunakan sebagai perawatan
orang yang mengalami gangguan mental. Yaitu dengan menggunakan mantra- mantra
dan jimat-jimat.pada tahun 1600an (dan sebelumnya) : Orang yang sakit
secara mental dahulu kala dianggap sebagai “orang yang kesurupan” yang
mengalami gangguan mental dimasuki oleh roh-roh. Maka dari itu
penyembuhannyapun juga melalui healer, shaman atau penyembuh yang lebih dikenal
dengan istilah dukun.
Zaman Renaisans
Saat
para pasien sakit mental tenggelam dalam dunia takhayul, zaman ini tepatnya
digambarkan sebagai “terang dalam kegelapan”. Di Switzerland, mengakui penyebab
rasional penyakit mental dan menolak adanya kaitan dengan demonology. Di
Prancis, lebih menggunakan pendekatan yang manusia terhadapa para pasien sakit
mental,menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan penyakit
fisik.Tahun 1724 : Pendeta Cotton Mather menjelaskan masalah kejiwaan
yang menyebabkan gangguan yang terjadi di dalam tubuh sekaligus mematahkan
takhayul yang berkembang selama ini.
Abad XVII – Abad XX
Pada
abad ini masih merupakan proses peralihan dan pendekatan demonologis ke
pendekatan ilmiah terhadap penyakit mental karena memang tidak terjadi dalam
waktu yang singkat. Tahun 1812 : Benjamin Rush menjadi orang pertama
yang mencoba menangani penyakit mental secara manusiawi. Llu itu di Inggris,
muncul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa dengan perkembangan teori
dan teknik untuk menangani orang sakit jiwa ini di rumah sakit. walaupun dalam
prakteknya sering mengalami kegagalan sehingga lambat laun-pun muncul masa
terapi pesimisme. Dan pada tahun 1950 diteruskan untuk melanjutkan
mendidik publik Amerika pada isu-isu kesehatan mental dan mempromosikan
kesadaran akan kesehatan mental.
Psikiatri
Pada
tahun 1900- an, gangguan mental dianggap sebagai bukan penyakit. Dilakukannya
usaha untuk menolong para pasien sakit mental tetapi akhir abad itu
dokter-dokter belum menemukan penyebab atau pencegahan, penyembuhan, atau
perawatan yang efektif terhadap penyakit mental meskipun mereka telah
mengklasifikasikan beribu-ribu macam kekalutan mental. Selama abad ke-19
perkembangan dalam kesehatan mental terjadi pada 4 bidang umum : perlakuan
terhadap pasien sakit mental yang lebih manusiawi dan rasional oleh masyarakat,
langkah-langkah untuk memperbaiki lembaga untuk penyakit mental, perhatian para
penulis besar dan filsuf yang berpengaruh terhadap psikologi dan tingkah laku
manusia, dan suatu system klasifikasi yang komprehensif bagi kekalutan mental.
Tahun 1952 : Obat antipsikotik konvensional pertama, chlorpromazine
diperkenalkan untuk pertama kalinya dan digunakan untuk menangani pasien
skizofrenia dan gangguan mental utama lainnya. Tahun 1979 : NAMH menjadi the
National Mental Health Association (NAMH).
3. Pendekatan Kesehatan Mental
Pendekatan Orientasi Klasik
Sehat
fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada
keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak
menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami
gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas.
Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang
kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental
dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi.
Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat
atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh
kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental.
Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak
sehat mental.
Kesehatan
Mental : terhindarnya individu dari gejala gangguan jiwa(neurosis) dan gejala
penyakit jiwa( psikosis), berupa simptom-simptom negatif yang menimbulkan rasa
tidak sehat,dan bisa mengganggu efisiensi yang biasanya tidak bisa dikuasai
individu.
Kelemahan
dari Orientasi ini adalah :
-
Simptom-simptom bisa terdapat juga pada individu normal
-
Rasa tidak nyaman dan konflik bisa membuat individu berkembang dan memperbaiki
diri.
-
Sehat atau sakit tidak bisa didasarkan pada ada atau tidaknya keluhan.
Pendekatan Orientasi Penyesuaian
Diri
Penyesuaian
diri (Menninger,1947) : Perubahan dalam diri yang diperlukan untuk mengadakan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain/lingkungan.
Individu
bermasalah : apabila tidak mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan dari luar
dirinya, dengan kondisi baru serta dalam mengisi peran yang baru.
Normal
dalam Orientasi ini :
a)
Normal secara statistik; yaitu apa adanya.
b)
Normal secara normatif : individu bertingkah laku sesuai budaya setempat.
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian
sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu
hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma
sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental
seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga
pada hubungan antara individu dengan lingkungannya.
Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya
berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan
perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
Pendekatan
Orientasi Pengembangan Potensi
Kesehatan mental : pengetahuan dan perbuatan yang tujuannya
untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada
semaksimal mungkin sehingga membawa pada kebahagian diri dan orang lain serta
terhindar dari gangguan penyakit jiwa . Tokohnya : Allport , Maslow , Roger
Fromm
Seseorang Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran
dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar jika mencapai
taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan
potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan
dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi
pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal
pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat
menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan
tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada
perasaan.
Teori
Kepribadian Sehat
Aliran
Psikoanalisa
Psikoanalisis
adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Aliran
psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego,
super ego), mimpi dan masa lalu.
Kepribadian Sehat Psikoanalisa:
- Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
- Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
- Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
- Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
- Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya
memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi yang pincang’ dari
kodrat manusia, karna hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan
psikotis. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan
manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik
masa kanak-kanak.
Aliran Behavioristik
Teori
Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson
(1879-1958). Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon).
Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras
bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari
kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati.
Kepribadian
yang sehat menurut behavioristik:
1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif.
1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif.
Aliran
Humanistik
Aliran ini
berkembang pada tahun 1950. Humanistik merasa tidak puas dengan behaviori
maupun dengan aliran psikoanalisis. Aliran humanistik ini mengarahkan
perhatiannya pada humanisasi yang menekankan keunikan manusia. Psikologi
Humanistik manusia adalah makhluk kreatif,yang di kendalikan oleh nilai-nilai
dan pada pilihan-pilihan sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4) Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4) Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.
Pendapat Allport
Allport mengakui bahwa masa
kanak-kanak mempunyai andil dalam mewujudkan pribadi yang sehat, hanya saja
hubungan itu tidak bersifat fungsional yang berkesinambungan. Menurut Allport peranan
orang tua (ibu) mempengaruhi perkembangan proprium anak. Jika seorang anak
mendapat kasih sayang yang cukup, perasaan aman, akan menumbuhkan identitas
diri dan diri akan meluas. Demikian pula jika seorang anak yang
dibesarkan dalam kondisi tidak aman, agresif, penuh tuntutan, egosentris,
pertumbuhan psikologisnya berkurang. Sebagai seorang dewasa, orang itu akan
dikontrol oleh dorongan masa kanak – kanak dan oleh keinginan dan konflik dan
mungkin mengembangakan suatu bentuk sakit jiwa.
Karakteristik
Kepribadian yang Sehat Menurut Allport
- Memiliki kebutuhan yang terus menerus dan bervariasi serta menyukai tantangan-tatangan baru.
- Tidak menyukai hal-hal yang rutin dan mencari pengalaman-pengalaman baru.
- Mengambil risiko, berspekulasidan menyelidiki hal-hal baru.
- Aktivitas yang menghasilkan ketegangan.
- Melalui tantangan dan pengalaman baru manusia dapat bertumbuh dan berkembang.
- Pribadi sehat berfungsi secara sadar dan menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
- Pribadi yang matang tidak dikontrol oleh traumadan konflik mas kanak-kanak.
- Kebahagiaan bukan suatu tujuan hidup melainkan hasil dari keberhasilan integrasi kepribadian dalam mengejar inspirasi dan tujuan hidupnya.
- Kepribadian yang sehat “prinsip penguasaan dan kemampuan” Principle of mastery and competency.
- Proprium “Self” = Setiap pribadu memiliki keunikan masing-masing.
Pendapat Carl Rogers
Orang yang sehat menurut Rogers
adalah orang yang bisa mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi
diri terjadi berkesinambungan, tidak statis. Aktualisasi diri adalah suatu
proses yang sulit dan terkadang menyakitkan. Berkembangnya konsep diri yang
sehat tergantung dari pengalman masa kecil anak akan pnerimaan dan cinta kasih
(ibu).
a) 3 gambaran
umum aktualisasi diri
1. Aktualisasi diri bukanlah
merupakan keadaan yang menetap, melainkan suatu proses yang kontinu.
2. Aktualisasi diri merupakan
proses yang sukar bahkan terkadang menyakitkan sehingga diperlukan keberanian
untuk menjalaninya. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang yang
mengaktualisasikan diri tidaklah berbahagia di setiap masanya. Kebahagiaan itu
akan timbul sebagai efek dari aktualisasi diri ini.
3. Orang yang
mengaktualisasikan diri adalah benar-benar diri mereka sendiri dan tidak
bersembunyi di balik topeng ataupun menyembunyikan sebagian dari dirinya.
b) 5
tanda-tanda orang yang melakukan aktualisasi diri yaitu :
1. Terbuka pada pengalaman
Pengalaman tidak hanya diterima
namun juga dimanfaatkan untuk mengembangkan persepsi dan ungkapan baru. Saat
mengalaminya orang yang demikian lebih mengalami emosi yang lebih kuat, baik
emosi positif maupun negatif, dibanding orang yang defensif.
2. Kehidupan
eksistensial
Menurut Rogers, kehidupan
eksistensial ini merupakan ciri terpenting kepribadian yang melakukan
aktualisasi diri/keperibadian yang sehat.
3. Kepercayaan
terhadap organisme orang sendiri
Orang yang mengaktualisasikan diri
akan terbuka pada pengalaman sehingga ia menerima semua informasi yang ada. Organismenya
secara keseluruhan, baik sadar dan tak sadar, faktor emosional maupun
intelektual, akan menyerap semua informasi yang diterima. Hal ini menjadikannya
dalam membuat keputusan dapat mempercayai organismenya sendiri, intuisinya,
impuls-impuls yang timbul seketika. Ia menjadi spontan namun tidak terburu-buru
dan Ia percaya dirinya sendiri.
4. Persaaan bebas
Orang yang sehat dapat memilih
dengan bebas tanpa rintangan atau paksaan. Ia memiliki perasaan berkuasa secara
peribadi mengenai kehidupan. Karena merasa bebas dan berkuasa, ia menjadi mampu
melihat banyaknya pilihan dalam kehidupan dan mampu melakukan pilihan-pilihan
tersebut sesuai kehendaknya.
5. Kreativitas
Dengan ciri-ciri di atas membawa
akibat yaitu orang yang sehat adalah orang yang kreatif. Kreativitas dan
spontanitas orang yang mengaktualisasikan diri menjadikannya pantas untuk
menjadi barisan depan dalam proses evolusi manusia.
Pendapat Abraham Maslow
Ciri-ciri pribadi yang sehat menurut
Abraham maslow:
1. Menerima
realitas secara tepat
Orang-orang yang sangat sehat
mengamati objek-objek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif,
teliti terhadap orang lain, mampu menemukan dengan cepat penipuan dan
ketidakjujuran. Mereka bersandar semata-mata pada keputusan dan persepsi mereka
sendiri serta tidak terdapat pandangan-pandangan yang berat sebelah atau
prasangka-prasangka.
Kepribadian-kepribadian yang tidak
sehat mengamati dunia menurut ukuran-ukuran subyektif mereka sendiri, memaksa
dunia untuk mencocokannya dengan bentuk ketakutan-ketakutan,
kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai. Semakin objektif kita mampu menggambarkan
kenyataan, maka semakin baik kemampuan kita untuk berpikir secara logis, untuk
mencapai kesimpulan-kesimpulan yang tepat, dan pada umumnya untuk menjadi
efisien secara intelektual.
2. Menerima
diri dan orang lain apa adanya
Orang-orang yang mengaktualisasikan
diri menerima diri mereka. Kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka
tanpa keluhan atas kesusahan. Meskipun individu-individu yang sangat sehat ini
memiliki kelemahan–kelemahan atau cacat-cacat, tetapi mereka tidak merasa malu
atau merasa bersalah terhadap hal-hal tersebut. Karena orang-orang sehat ini
begitu menerima kodrat mereka, maka mereka tidak harus mengubah atau memlsukan
diri mereka. Mereka santai dan puas denagn diri mereka dan penerimaan ini
berlaku bagi semua tingkat kehidupan.
3. Memiliki
kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain
Orang-orang yang mengaktualisasikan
diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Mereka
tidak tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan mereka dan dengan
demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah.
4. Memiliki
ruang untuk diri pribadi
Kepribadian-kepribadian yang sehat
dapat berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi menaklukan mereka,
agak tidak mempan terhadap krisis atau kerugian. Kemalangan-kemalangan yang
dapat mengahncurkan orang-orang yang sehat mungkin hamper tidak dirasakan oleh
mereka. Mereka mempertahankan suatu ketenangan dasar di tengah apa yang dilihat
oleh orang-orang yang kurang sehay sebagai malapetaka.
5. Memiliki
pengalaman-pengalaman yang memuncak
Maslow menunjukan bahwa tidak semua
pengalaman puncak itu sangat kuat; dapat juga ada pengalaman- pengalaman yang
ringan. Pengalaman- pengalaman yang ringan ini kadang- kadang dapat terjadi
pada kita semua. Akan tetapi individu yang lebih sehat memiliki
pengalaman-pengalaman puncak lebih sering dari pada orang- orang biasa, dan
mungkin sering kali terjadi setiap hari.
6. Memiliki relasi yang
akrab dengan beberapa teman
Mampu mengadakan hubungan yang lebih
kuat dengan orang- orang lain daripada orang- orang yang memiliki kesehatan
jiwa yang biasa.mereka memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang
lebih dalam, dan identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu
lain.
7. Mengarah pada
nilai-nilai demokratis
Orang yang sehat membiarkan dan
menerima semua orang tanpa memperhatkan kelas social, tingkat pendidikan,
golongan politik atau agama, ras, atau warna kulit.mereka sangat siap
mendengarkan atau belajar dari dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu
kepada mereka.
8. Memiliki rasa humor
yang tinggi
Orang-orang yang kurang sehat
menertawakan 3 macam humor, humor permusuhan yang menyebabkan seseorang merasa
sakit, humor superioritas yang mengambil keuntungan dari rasa rendah diri dari
orang lain atau kelompok dan humor pemberontakan terhadap penguasa yang
berhubungan dengan suatu situasi Oedipus atau percakapan cabul. Humor
pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bersifat filosofis, humor yang
menertawakan manusia, pada umumnya, tetapi bukan kepada seseorang yang khusus.
Humor ini kerap kali bersifat intruktif, yang dipakai langsung kepada hal yang
dituju dan juga menyimpulkan tertawa
9. Menemukan hal-hal baru,
ide-ide segar, dan kreatif
Kreatifitas merupakan suatu sifat
yang diharapkan seseorang dari pengaktualisasi- pengaktualisaasi diri mereka
adalah asli, inventif, dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian
menghasilkan suatu karya seni. Maka kreatifitas lebih merupakan suatu sikap,
suatu ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita
mengamati dan beraksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah
selesai dari suatu karya seni.
10. Memiliki integritas
tinggi yang total
Pengaktualisasi – pengaktualisasi
diri dapat berdiri sendiri atau pun otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh-
pengaruh social, untuk berpikir atau bertindak menurut cara- cara tertentu.
Akan tetapi mereka tidak terus terang menenrang kebudayaan. Daftar
kualitas-kualitas pribadi yang hebat ini mungkin tampaknya seperti suatu
pernyataan yang berlebihan atau karikatur dari kepribadian yang sangat sehat.
Pendapat Erich Fromm
Fromm melihat kepribadian hanya
sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa
harus di definisikan menurut bagaimna baik nya masyarakat menyesuaikan diri
dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana
baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat..
Kepribadian Produktif menurut Fromm:
1) Cinta yang produktif,
Karena cinta yang produktif
menyangkut empat sifat yang menantang perhatian, tanggung jawab, respek dan
pengetahuan. Mencintai orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam pengertian
memelihara mereka), sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, dan
membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Hal ini berarti memikul tanggung
jawab untuk orang-orang lain, dalam pengertian mau mendengarkan
kebutuhan-kebutuhan mereka juga orang-orang yang dicintai dipandang dengan
respek dan menerima individualitas mereka, mereka dicintai menurut siapa dan
apa adanya. Dan untuk menghormati mereka, kita harus memiliki pengetahuan penuh
terhadap mereka, kita harus memahami mereka siapa dan apa secara objektif.
2) Pikiran yang produktif,
Pikiran yang produktif meliputi
kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir produktif didorong oleh
perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi
olehnya dan memperhatikannya. Fromm percaya bahwa semua penemuan dan wawasan
yang hebat melibatkan pikiran objektif, dimana pemikir-pemikir didorong oleh
ketelitian, dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh masalah.
3) Kebahagiaan,
Orang-orang yang produktif ialah
orang-orang yang berbahagia. Fromm menulis bahwa suatu perasaan kebahagian
merupakan bukti bagaimana berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”.
Kebahagiaan merupakan prestasi (kita) yang paling hebat. Fromm membedakan dua
tipe suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
4) Suara hati.
Suara hati otoriter adalah penguasa
dari luar yang diinternalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu.
Penguasa itu dapat berupa orang tua, Negara, atau suara kelompok lainnya yang
mengatur tingkah laku melalui ketakutan orang itu terhadap hukuman karena
melanggar kode moral dari penguasa. Suara hati humanistis ialah suara dari diri
dan bukan dari suatu perantara dari luar. Pedoman kepribadian sehat untuk
tingkah laku bersifat internal dan individual. Orang bertingkah laku sesuai
dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya dan menyingkap seluruh
kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan rasa persetujuan dan
kebahagiaan dari dalam. Jadi, kepribadian yang sehat dan produktif memimpin dan
mengatur diri sendiri.
SUMBER :
Siswanto. (2007). Kesehatan
mental. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-model Kepribadian
Sehat. Yogyakarta : Kanisius.
Puspitawati,
I. Dwi Riyanti, Hendro Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi
Umum I. Jakarta. Gunadarma.
Riyanti,
Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah psikologi umum 2.
Depok: Universitas Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar